www.rincilokal.id – Beberapa waktu lalu, istilah “serakahnomics” menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat. Istilah ini diusulkan oleh Presiden Prabowo Subianto yang mengecam perilaku ekonomi yang dianggap merugikan masyarakat dan tidak bermoral.
Menurutnya, terdapat “vampir-vampir ekonomi” yang dengan sengaja menghisap sumber daya rakyat melalui praktik-praktik yang tidak etis. Hal ini menunjukkan adanya ketidakadilan dalam ranah ekonomi, di mana mereka yang seharusnya berperan dalam kesejahteraan rakyat justru berorientasi pada keuntungan semata.
Walau ada benarnya kritik tersebut, penting untuk memahami bahwa masalah ini tidak hanya berasal dari tindakan individu atau kelompok tertentu. Kritik yang ditujukan kepada pelaku ekonomi tanpa menyentuh akar masalah akan membuat kita kehilangan fokus untuk mencapai solusi yang efektif.
Pentingnya Memahami Konteks dan Struktur Ekonomi Kita
Ekonomi kita saat ini sudah lama dikendalikan oleh campur tangan negara yang berlebihan. Berbagai aspek mulai dari harga hingga distribusi diatur sedemikian rupa sehingga menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi segelintir orang.
Ruang bagi praktik rente pun semakin luas ketika proyek-proyek infrastruktur dan pengadaan barang publik tidak dikelola dengan baik. Setiap kali pemerintah memiliki kontrol yang besar, selalu ada individu atau kelompok yang memanfaatkan situasi ini untuk keuntungan pribadi.
Di sinilah istilah “serakahnomics” muncul bukan sebagai solusi, tetapi lebih sebagai sindiran terhadap sistem kroni yang telah ada. Praktik-praktik tidak etis ini seolah dipelihara oleh sistem yang seharusnya mengawasi dan mengatur.
Menelusuri Akar Masalah: Siapa yang Bertanggung Jawab?
Ketika Presiden mengutuk pengusaha yang mengambil keuntungan dari keadaan sulit, kita perlu bertanya, siapa yang menciptakan keadaan tersebut? Negara berperan penting dalam mengatur harga barang dan mendistribusikan sumber daya, tetapi ketika yang terjadi adalah kelangkaan, siapa yang harus disalahkan?
Ada baiknya negara merefleksikan diri sebelum menunjuk jari kepada pelaku usaha. Dalam banyak kasus, kegagalan dalam mengelola pasokan dan distribusi malah menciptakan pasar yang rentan terhadap manipulasi.
Bukankah lebih adil jika kita berfokus pada pembenahan sistem daripada menyalahkan individu-individu tertentu? Persoalan yang ada saat ini adalah cerminan dari kegagalan struktural yang lebih kompleks.
Peran Moral Negara dalam Ekonomi
Ketika berbicara tentang moral dalam aspek ekonomi, perhatian haruslah dimulai dari tingkat pemerintah itu sendiri. Permasalahannya adalah siapa yang mengatur dan memberi izin terhadap pemegang kekuasaan di sektor-sektor strategis.
Selama ini, negara sering kali memberikan lampu hijau kepada pihak tertentu untuk menguasai pasar, sementara mengabaikan keberlanjutan usaha kecil dan menengah yang bertujuan untuk bertahan hidup. Kebijakan yang mendukung kepentingan segelintir orang ini harus direvisi untuk menjamin keadilan bagi semua.
Seruan untuk bertindak harus jelas: lebih baik memperbaiki diri sebelum meminta orang lain untuk bertanggung jawab. Itulah yang harus menjadi langkah pertama bagi setiap pemerintah yang ingin menciptakan keadilan di bidang ekonomi.
Pelaku usaha kecil dan menengah tidak seharusnya menjadi kambing hitam atas kesalahan yang seharusnya diselesaikan oleh negara. Mereka berusaha bertahan hidup di tengah hiruk-pikuk kebijakan yang sering merugikan mereka.
Adalah penting untuk memahami bahwa setiap pelaku usaha operasional bukanlah biang kerok dari masalah sistemik ini. Sebaliknya, mereka adalah korban dari sistem yang penuh dengan ketidakpastian dan manipulasi.
Menggali Potensi dan Menciptakan Ruang untuk Pertumbuhan Ekonomi yang Sehat
Menghadapi kenyataan ini, seharusnya langkah yang diambil adalah membuka ruang bagi pelaku usaha untuk berkompetisi dengan sehat. Alih-alih meningkatkan kontrol dan regulasi, pemerintah perlu menciptakan iklim yang kondusif untuk pertumbuhan.
Penghapusan izin yang telah menjadi ajang pungutan liar dan subsidi yang tidak tepat sasaran harus menjadi prioritas. Dengan tindakan ini, sektor-sektor yang sebelumnya tertutup oleh kartel dan oligarki akan memiliki kesempatan untuk tumbuh dan bersaing secara adil.
Menjaga agar tidak terjebak dalam logika bahwa semua masalah dapat diselesaikan hanya melalui regulasi tambahan adalah langkah yang perlu dilakukan agar pertumbuhan bisa terjadi secara organik. Pendekatan ini akan membawa kepada kesejahteraan yang lebih merata bagi seluruh masyarakat.
Jika pemerintah berkomitmen untuk membersihkan rumahnya sendiri, maka dalam jangka panjang akan tercipta ekonomi yang lebih sehat. Menghilangkan mekanisme yang memungkinkan rente dan memperbaiki distribusi yang tidak transparan adalah langkah penting menuju ke arah tersebut.
Kita perlu reframing pemikiran kita tentang siapa sebenarnya yang merugikan perekonomian. Daripada terus menerus mencari sisi negatif dan menuding orang lain, baiknya kita introspeksi diri dan melihat bagaimana sistem kita dapat diperbaiki.