www.rincilokal.id – Jakarta baru-baru ini menghadapi situasi yang serius terkait ketegangan geopolitik di kawasan Teluk Persia. Ancaman Iran untuk menutup Selat Hormuz telah memicu kekhawatiran di seluruh dunia, terutama dalam konteks perdagangan minyak global yang sangat bergantung pada jalur ini. Selat Hormuz yang hanya memiliki lebar sekitar 33 kilometer, merupakan penghubung vital antara Teluk Persia yang kaya minyak dan dunia internasional, menjadikannya salah satu jalur pelayaran tersibuk dan paling strategis di bumi.
Selat Hormuz dikuasai oleh tiga negara; di sisi utara terdapat Iran, sedangkan sisi selatan dikuasai oleh Oman dan Uni Emirat Arab. Jika ketiga negara ini sepakat untuk menutup jalur ini, dampaknya akan dirasakan secara luas dan merusak hubungan perdagangan berbagai negara di dunia.
Secara historis, sebelum dikuasai oleh negara-negara tersebut, Selat Hormuz memiliki penguasa legendaris yang sangat berpengaruh. Dia adalah Raja Shapur II dari Kekaisaran Sasaniyah, yang dikenal sebagai salah satu sosok terpandang dan terkaya dalam sejarah Arab Kuno. Di bawah pemerintahannya, Selat Hormuz tidak hanya menjadi jalur perdagangan, tetapi juga simbol kekuatan politik dan ekonomi.
Penguasa Legendaris Hormuz yang Mengubah Sejarah
Shapur II dinobatkan menjadi Raja Kekaisaran Sasaniyah pada tahun 309 Masehi, menjadikannya sebagai raja termuda dalam sejarah. Penobatannya yang luar biasa terjadi tak lama setelah kelahirannya, menunjukkan betapa pentingnya sosok ini dalam sejarah politik Persia.
Selama masa pemerintahannya yang panjang, Shapur II meninggalkan warisan yang tak terlupakan. Salah satu pencapaiannya yang paling dikenal adalah penamaan Selat Hormuz, yang diambil dari nama ibunya, Ifra Hormizd, menunjukkan rasa hormatnya terhadap sosok yang telah melahirkannya dan mendidiknya menjadi seorang pemimpin.
Di bawah kepemimpinan Shapur II, Kekaisaran Sasaniyah berkembang menjadi salah satu kekuatan dominan di wilayah Arab. Melalui strategi militer yang terencana dan diplomasi yang cermat, ia berhasil memperluas kekuasaan hingga mencakup wilayah Mesopotamia, Armenia, dan pesisir Teluk Persia. Hal ini menandakan bahwa kekaisaran tidak hanya fokus pada pertahanan tetapi juga ekspansi yang agresif untuk mendapatkan yang lebih.
Shapur II dikenal memanfaatkan wilayah yang ditaklukkan dengan bijak. Ia sering kali membawa penduduk yang ditaklukkan untuk dijadikan tenaga kerja paksa guna mendukung proyek infrastruktur dan pertambangan. Dua aspek ini kemudian menjadi mesin penggerak utama dalam pendapatan kekaisaran, meningkatkan kekuatan dan stabilitas ekonomi selama pemerintahannya.
Pengaruh Ekonomi Kekaisaran di Jalur Perdagangan Global
Ekspansi wilayah yang dilakukan oleh Shapur II tidak hanya meningkatkan pengaruh politik tetapi juga menguasai jalur perdagangan penting yang menghubungkan Timur dan Barat. Ia menguasai bagian dari Jalur Sutra yang mengalir dari Asia Barat hingga China, menciptakan peluang perdagangan yang sangat menguntungkan.
Pemimpin ini juga memperkuat kendali atas pelabuhan-pelabuhan strategis di Teluk Persia, Selat Hormuz, dan Teluk Oman. Dengan penguasaan pelabuhan ini, Shapur II dapat menerapkan sistem perpajakan yang efisien terhadap komoditas yang diekspor dan diimpor, mulai dari sutra hingga rempah-rempah. Hal ini menegaskan bagaimana perpajakan yang bijaksana dapat menjadi tulang punggung perekonomian sebuah kekaisaran.
Tidak bisa dipungkiri bahwa kekuasaan ekonomi yang luas dan struktur feodal yang berpihak pada raja membuat Shapur II dipandang sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh di dunia Arab Kuno. Ia meninggal pada tahun 379 Masehi, setelah memerintah selama 70 tahun, menjadikannya sebagai salah satu raja dengan masa pemerintahan terpanjang di Timur Tengah.
Sejarah mencatat bahwa pada tahun 651 Masehi, Kekaisaran Sasaniyah akhirnya runtuh, digantikan oleh Kekhalifahan Islam yang berkembang pesat. Transformasi ini mengubah wajah kawasan Iran dan menandakan berakhirnya era Kekaisaran Sasaniyah, yang pernah begitu berkuasa dan berpengaruh.
Warisan yang Terus Hidup di Teluk Persia
Kekuasaan Shapur II dan Kekaisaran Sasaniyah membentuk fondasi bagi dinamika politik dan ekonomi di wilayah Teluk Persia sampai hari ini. Meskipun kekaisaran ini telah tiada, warisan budayanya masih dapat dilihat dalam segi bahasa, sastra, dan praktik perdagangan. Beberapa elemen dari struktur kekaisaran ini terus berfungsi dalam berbagai cara pada masyarakat modern.
Pengaruh yang ditinggalkan oleh Shapur II dalam pemerintahan dan kebijakan ekonomi berdampak hingga abad-abad sesudahnya. Kekuatan dan ambisi politiknya yang luar biasa menunjukkan bagaimana kekaisaran mampu berkembang meskipun terjadinya berbagai perubahan di wilayah tersebut. Dalam konteks moderen, tantangan baru muncul dari ketegangan geopolitik yang masih ada di kawasan ini.
Pemahaman tentang sejarah seperti yang dipaparkan dalam kisah Shapur II memberikan perspektif penting dalam memahami isu-isu kontemporer, termasuk ancaman-ancaman baru yang muncul dari negara-negara yang mengklaim kendali atas sumber daya alam. Melalui lensa sejarah, kita dapat lebih memahami nilai strategis jalur perdagangan seperti Selat Hormuz dan dampaknya terhadap hubungan internasional saat ini.