www.rincilokal.id – Situasi terkini di bidang pembiayaan multifinance di Indonesia menunjukkan adanya tantangan besar yang dihadapi oleh sektor konsumtif. Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) melaporkan bahwa pertumbuhan pembiayaan dalam sektor ini mengalami penurunan yang signifikan, menjadikan kondisi ini sebagai perhatian utama bagi pelaku industri dan pemerintah.
Ketua Umum APPI, Suwandi, mengungkapkan bahwa segmen multiguna hampir tidak mengalami pertumbuhan sama sekali. Hal ini sejalan dengan penjualan mobil yang lesu, yang tercermin dalam data penjualan retail yang turun drastis selama enam bulan pertama tahun 2025.
Data yang diperoleh dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menunjukkan bahwa penjualan mobil ritel dari diler ke konsumen pada periode Januari hingga Juni 2025 hanya mencapai 390.467 unit. Angka ini mencerminkan penurunan sekitar 9,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Suwandi memperkirakan bahwa penjualan mobil secara keseluruhan pada tahun ini akan berada di angka 800.000 unit, yang jauh dari target Gaikindo sebesar 900.000 unit. Dengan proyeksi yang lebih rendah dari harapan ini, Suwandi berharap pemerintah dapat mengeluarkan stimulus yang dapat mendorong konsumsi masyarakat dan meningkatkan daya beli.
Sejalan dengan harapan tersebut, dirinya menekankan pentingnya adanya dukungan pemerintah dalam menciptakan solusi yang bisa mendorong pertumbuhan sektor otomotif dan konsumsi. Selain itu, event-event otomotif seperti Gaikindo diharapkan dapat menjadi pemicu untuk kebangkitan penjualan.
Suwandi menegaskan bahwa saat ini mereka tidak akan merevisi target penyaluran pembiayaan tahunan mereka. Meskipun situasi tampak suram, APPI tetap membidik pertumbuhan penyaluran pembiayaan sebesar 8 hingga 10 persen.
“Kalau mau direvisi terus, akan sangat sulit untuk memprediksi perkembangan selanjutnya,” ungkapnya. Sikap optimis ini tetap ada meskipun realitas di lapangan menunjukkan tantangan yang cukup berat.
Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pertumbuhan piutang multifinance per Mei 2025 menunjukkan penyaluran sebesar Rp 504,58 triliun, dengan pertumbuhan hanya 2,83 persen. Ini merupakan pertumbuhan terendah yang dicatat sejak awal tahun, menandakan perlunya langkah strategis untuk membangkitkan sektor ini.
Dibandingkan dengan tahun lalu, di mana pertumbuhan piutang multifinance masih dapat mencapai dua digit pada 10,82 persen, kondisi saat ini mencerminkan adanya penurunan yang signifikan. Ini menunjukkan bahwa sektor pembiayaan multifinance perlu memperoleh perhatian serius dari pemangku kepentingan terkait.
Sentimen negatif ini turut berdampak pada Non-Performing Financing (NPF) yang mengalami kenaikan. NPF gross multifinance tercatat naik sebesar 14 basis poin secara bulanan, meskipun masih menunjukkan kondisi yang lebih baik dibandingkan tahun lalu. Data ini menjadi indikator penting dalam menganalisis kesehatan sektor multifinance.
Dalam periode yang sama, NPF net multifinance juga mengalami kenaikan, sebesar 6 basis poin secara bulanan dan 13 basis poin secara tahunan. Hal ini memperlihatkan bahwa tantangan yang dihadapi tidak hanya bersifat sementara, melainkan memerlukan langkah-langkah strategis untuk mengatasi masalah yang ada.
Menghadapi Tantangan Perekonomian Global dan Lokal
Di tengah tantangan yang ada, kondisi perekonomian global dan lokal turut memengaruhi situasi industri pembiayaan multifinance. Ketidakpastian ekonomi sebagai dampak dari situasi global seringkali berdampak pada tingkat konsumsi masyarakat yang cenderung menurun.
Ketidakpastian politik dan ekonomi global membuat masyarakat lebih berhati-hati dalam mengeluarkan dana untuk pembelian barang-barang konsumtif. Hal ini berkontribusi pada penurunan penjualan, khususnya di sektor otomotif, yang merupakan salah satu pilar penting dalam pembiayaan multifinance.
Selain itu, fluktuasi harga bahan baku dan kebijakan Moneter juga menjadi faktor yang memengaruhi daya beli masyarakat. Ketika tingkat inflasi meningkat, sering kali masyarakat prioritaskan pengeluaran untuk kebutuhan pokok, sementara pembelian barang seperti mobil menjadi terabaikan.
Menanggapi situasi ini, pihak industri berharap agar pemerintah dapat menciptakan kebijakan fiskal dan moneter yang lebih proaktif. Dengan adanya dukungan yang tepat, diharapkan sektor konsumtif dapat kembali tumbuh dan memberikan dampak positif bagi perekonomian nasional.
Dalam konteks ini, peran lembaga keuangan juga menjadi krusial. Mereka perlu beradaptasi dengan situasi yang ada dan mencari inovasi dalam produk-produk keuangan yang ditawarkan kepada masyarakat. Pendekatan yang lebih personal dan fleksibel diharapkan dapat menarik kembali minat konsumen untuk berinvestasi dalam produk pembiayaan.
Pembiayaan Berkelanjutan dan Inovasi Layanan
Di tengah tantangan yang dihadapi, adaptasi dan inovasi menjadi kunci bagi industri pembiayaan multifinance. Banyak perusahaan yang berusaha untuk menghadirkan solusi pembiayaan yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Konsep pembiayaan berkelanjutan tidak hanya menargetkan profitabilitas, tetapi juga memperhatikan dampak sosial dan lingkungan. Pelanggan semakin sadar akan pentingnya memilih produk yang tidak hanya memenuhi kebutuhan pribadi, tetapi juga memperhatikan keberlanjutan lingkungan.
Oleh karena itu, banyak perusahaan multifinance yang mulai menawarkan produk pembiayaan untuk kendaraan listrik. Langkah ini diyakini dapat menarik minat konsumen yang peduli pada isu-isu lingkungan serta memenuhi tuntutan pasar yang semakin mengikuti tren keberlanjutan.
Menerapkan teknologi dalam proses pembiayaan juga menjadi tren yang semakin berkembang. Penggunaan aplikasi dan platform digital memudahkan proses peminjaman dan pengajuan pembiayaan untuk masyarakat. Dengan cara ini, perusahaan dapat menjangkau lebih banyak konsumen dan memberikan kemudahan dalam transaksi.
Inovasi dalam layanan pelanggan juga perlu diperhatikan. Memberikan pendidikan keuangan dan informasi yang jelas tentang produk-produk yang ditawarkan dapat membantu masyarakat dalam membuat keputusan yang lebih baik. Upaya ini menciptakan kepercayaan dan hubungan jangka panjang antara perusahaan dan konsumennya.
Kesimpulan dan Harapan untuk Masa Depan Sektor Pembiayaan
Secara keseluruhan, posisi sektor pembiayaan multifinance saat ini mencerminkan berbagai tantangan yang harus dihadapi. Meskipun ada harapan untuk pertumbuhan di masa depan, diperlukan langkah-langkah strategis dari semua pemangku kepentingan agar tujuan ini dapat tercapai.
Saya juga menunjukkan bahwa kolaborasi antara pemerintah, industri, dan masyarakat akan sangat penting untuk menciptakan ekosistem yang mendukung pemulihan dan pertumbuhan sektor ini. Dengan adanya stimulus yang tepat dan inovasi yang berkelanjutan, diharapkan sektor multifinance dapat pulih dan bergerak menuju arah yang lebih positif.
Ke depannya, industri ini diharapkan dapat bertransformasi menjadi lebih adaptif dan responsif terhadap perubahan yang ada. Dengan sikap proaktif dan inovatif, sektor pembiayaan multifinance dapat menjadi tulang punggung perekonomian nasional yang lebih kuat dan berkelanjutan.