www.rincilokal.id – Seorang pria yang dikenal sebagai pengusaha Arab ternama ternyata menyimpan identitas yang mengejutkan, yaitu sebagai agen intelijen Israel, atau dicap sebagai Mossad. Penyelidikan akhirnya mengungkap rahasia militer Suriah yang dibocorkannya, yang berujung pada vonis hukuman mati secara terbuka.
Informasi yang telah ia berikan kepada Israel memberi dampak signifikan terhadap kekalahan negara-negara Arab dalam konflik militer. Sosok di balik penyamaran ini adalah Eli Cohen, yang dikenal dengan nama samaran Kamel Amin Thaabet, dan kisah hidupnya menjadi pengingat akan bahaya dan intrik dalam dunia spionase.
Cohen berasal dari Mesir, tetapi pada tahun 1954, ia memutuskan untuk pindah ke Israel setelah direkrut oleh Mossad. Ia diberi tugas untuk menyusup ke Suriah dengan berpura-pura menjadi pengusaha tekstil, di mana ia kemudian mengadopsi nama samaran Kamel.
Dalam skenario yang dirancang, Kamel adalah seorang pria yang lahir dan dibesarkan di Suriah sebelum pindah ke Argentina pada tahun 1949 bersama keluarganya. Ia memulai bisnis tekstilnya dari negara Amerika Latin ini, dan itulah titik awal dari misi spionasenya yang berbahaya.
Melalui jaringan bisnis yang dibangunnya, Kamel diharuskan untuk menjalin hubungan dengan para pejabat tinggi di Suriah dengan tujuan mendapatkan informasi rahasia. Sejak berdirinya Israel pada tahun 1948, negara tersebut selalu menghadapi tantangan dari negara-negara Arab, termasuk Suriah, yang membuat tindakan informasi menjadi sangat penting.
Perjalanan Kamel dalam Menyusup ke Suriah sebagai Pengusaha
Pada tahun 1960, proses penyamaran Kamel dimulai dengan hubungan yang dibangunnya melalui atase militer Suriah di Argentina, Jenderal Amin al-Hafez. Kamel mengungkapkan keinginannya untuk kembali ke tanah kelahirannya dengan tujuan membantu pembangunan Suriah yang terpuruk. Korupsi yang merajalela di Suriah mendorong keinginannya untuk turut serta dalam perbaikan.
Jenderal al-Hafez, yang sangat nasionalis, terpikat oleh niat Kamel yang dianggap baik. Dengan demikian, ia membawa Kamel ke Suriah dan memperkenalkannya kepada kolega-koleganya sebagai seorang pengusaha yang berkontribusi positif. Dari sinilah hubungan Kamel dengan kalangan elite Suriah mulai terbentuk.
Seiring berjalannya waktu, pertemanan Kamel meluas, mencakup berbagai tokoh ternama yang berada dalam lingkaran kekuasaan. Kamel pun cepat terkenal sebagai pengusaha tekstil yang sukses, namun semua orang tidak menyadari bahwa ia adalah mata-mata Israel. Ini menunjukkan betapa efektifnya strategi penyamarannya.
Menurut penulis, elite Suriah dikenal memiliki kebiasaan berpesta. Kamel mengambil kesempatan ini dengan menyelenggarakan berbagai pesta untuk menjalin hubungan dengan elit setempat. Dalam suasana pesta yang penuh dengan informasi, Kamel berhasil mengumpulkan banyak intelijen penting tanpa dicurigai oleh siapa pun.
Kehadirannya dalam berbagai acara sosial semakin mendekatkannya dengan kekuasaan. Kamel tidak hanya menjadi bagian dari lingkaran elite, tetapi ia juga mulai dipercaya oleh banyak orang, termasuk pejabat tinggi yang dapat memberikan informasi berharga bagi Israel.
Jebakan yang Menghancurkan: Ketidakberuntungan Kamel
Pada tahun 1963, saat kawan baik yang membawanya ke Suriah, Amin al-Hafez, terpilih menjadi presiden, kepercayaan semakin bertambah. Al-Hafez menganggap Kamel sebagai partner yang mampu membantu dalam pembangunan negara. Dalam kaitan ini, Kamel sering diundang untuk berkunjung ke lokasi strategis.
Di bawah perlindungan presiden, Kamel memperoleh akses ke berbagai informasi rahasia militer. Ia mengetahui lokasi fasilitas militer, jumlah personil, dan strategi yang disiapkan Suriah. Semua informasi ini dia kirimkan secara rahasia ke Israel pada malam hari menggunakan kode morse.
Kini, kepercayaan presiden kepada Kamel mencapai titik puncaknya dengan tawaran sebagai Wakil Menteri Pertahanan Suriah. Ketika tawaran ini datang, Kamel merasa ragu dan takut, mengingat risiko besar yang dihadapinya. Namun, setelah berkomunikasi dengan Mossad, ia pun memutuskan untuk menerima tantangan tersebut.
Sayangnya, kesalahan fatal terjadi sebelum ia dilantik. Pada malam tahun 1965, pasukan Suriah menangkapnya setelah menemukan pengiriman kode morse yang mencurigakan. Segera setelah itu, penyelidikan dilakukan dan identitas Kamel terungkap sebagai spy yang membocorkan informasi penting.
Kemarahan Presiden al-Hafez tak tertahankan. Dalam pandangannya, tindakan Kamel telah mengakibatkan kerugian besar bagi negara di kancah militer. Penangkapan Kamel diikuti dengan penyiksaannya yang brutal, dan setiap orang yang dekat dengannya terbawa dalam konsekuensi dari aksi tersebut.
Kepahlawanan yang Berujung Tragis dalam Sejarah Spionase
Kisah hidup Eli Cohen berakhir tragis pada 18 Mei 1965, ketika ia dihukum gantung di depan publik. Tak ada pemulangan jenazahnya ke Israel, dan hasil dari semua usaha serta pengorbanannya menjadi pelajaran pahit bagi kedua negara. Meski ia sudah tiada, dampak dari informasi yang dibocorkannya tetap terasa sampai saat ini.
Informasi strategis yang ia berikan memungkinkan Israel untuk mengetahui lokasi-lokasi militer rahasia selama dua tahun ke depan. Ini terbukti kuat saat Perang Enam Hari pada Juni 1967, di mana Israel berhasil mengalahkan koalisi negara-negara Arab meski dalam kondisi yang tampaknya sulit.
Tragedi Kamel Amin Thaabet adalah pengingat akan risiko tinggi yang dihadapi oleh agen intelijen serta besarnya dan kompleksitas politik di Timur Tengah. Perjuangannya, meski diakhiri dengan kematian, membuktikan bahwa pengabdian kepada negara seringkali diimbangi dengan pengorbanan yang tidak terbayangkan.
Meskipun perbuatan Kamel dianggap pengkhianatan bagi negaranya, di sisi lain, ia menjadi pahlawan bagi Israel berkat informasi berharga yang ia berikan. Kisahnya menjadi pelajaran bagi generasi-generasi berikutnya mengenai realitas dari dunia spionase dan akibat dari tindakan yang tidak terduga.