www.rincilokal.id – Pada tanggal 28 Mei 2025, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengunjungi Indonesia dan mengadakan pertemuan penting dengan Presiden Prabowo Subianto. Kunjungan tersebut bukan hanya sekadar formalitas, tetapi mencerminkan upaya kedua negara untuk memperkuat hubungan bilateral yang telah terjalin selama puluhan tahun.
Dengan menandatangani perjanjian kerja sama dan investasi senilai US$ 11 miliar, kedua negara menunjukkan keseriusan dalam memperdalam kerjasama di berbagai sektor strategis. Kunjungan ini menandai pentingnya Indonesia dalam kebijakan luar negeri Prancis di Asia Tenggara serta perannya dalam strategi Indo-Pasifik yang lebih luas.
Sejarah hubungan bilateral ini mencakup kehadiran dua presiden Prancis sebelumnya, yaitu Francois Mitterrand dan Francois Hollande, yang telah mengunjungi Indonesia pada tahun 1986 dan 2016. Kini, di tengah ketegangan geopolitik global, kehadiran Macron semakin mengukuhkan posisi Jakarta dalam doktrin keamanan tersebut.
Penguatan Kerja Sama Pertahanan Antara Indonesia dan Prancis
Pentingnya bidang pertahanan dalam kerja sama ini semakin jelas dengan kehadiran Menteri Angkatan Bersenjata Prancis, Sebastien Lecornu. Kehadirannya pada kunjungan ini menegaskan bahwa Indonesia adalah mitra strategis dalam konteks pertahanan dan keamanan bagi Prancis, menciptakan sinergi yang saling menguntungkan.
Kunjungan Lecornu ke Indonesia tidaklah pertama kalinya, sebelumnya ia telah datang setelah Indonesia mengakuisisi 42 jet tempur Rafale, produk unggulan dari Prancis. Kesepakatan tersebut seharga US$ 8,1 miliar menjadi salah satu tonggak sejarah dalam kerjasama pertahanan kedua negara.
Sebagai bagian dari peringatan 75 tahun hubungan bilateral, Lecornu bertemu dengan menteri dan presiden Indonesia serta mengunjungi kapal induk Prancis yang berlabuh di Lombok. Kegiatan ini menunjukkan pendekatan komprehensif Paris dalam menjalankan kebijakan luar negeri di kawasan Asia Tenggara.
Melalui penandatanganan Letter of Intent (LoI), Indonesia menunjukkan komitmennya untuk terus memperoleh alutsista dari Prancis, termasuk jet tempur dan fregat. Keberlanjutan kerjasama ini memberikan harapan bagi modernisasi pertahanan Indonesia yang lebih berkelanjutan dan berkualitas.
Menariknya, pandangan skeptis muncul dari beberapa pengamat tentang hubungan ini yang dianggap sebagai hubungan bisnis semata. Namun, data menunjukkan bahwa Prancis bukan hanya pengeksport alutsista, tetapi juga semakin berinvestasi di Indonesia dengan nilai investasi yang terus meningkat.
Tren Investasi Prancis di Indonesia dan Dampaknya
Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia, Anindya Bakrie, menyebutkan bahwa Prancis adalah negara Uni Eropa dengan investasi terbesar kedua di Indonesia. Ini menunjukkan bahwa Prancis memandang Indonesia lebih dari sekadar klien, tetapi juga sebagai mitra strategis dalam berbagai sektor.
Menurut data Badan Pusat Statistik, investasi Prancis di Indonesia mencapai US$ 328,10 juta pada tahun 2024, mengalami peningkatan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Ini adalah sinyal positif bagi iklim investasi dan kerja sama ekonomi yang lebih luas.
Kerja sama ini tidak hanya terbatas pada transaksi, tetapi juga mengedepankan nilai-nilai CTLCO yang harus dihormati oleh semua pihak. Dengan adanya mekanisme ini, industri pertahanan Prancis diharapkan dapat memberikan lebih banyak nilai tambah bagi Indonesia, terutama dalam hal transfer teknologi.
Curie Maharani Savitri, seorang pakar industri pertahanan, menilai Prancis sebagai mitra yang paling dapat diandalkan dalam memenuhi kewajiban tersebut. Transfer teknologi dari Prancis, terutama dalam program akuisisi jet tempur Rafale dan kapal selam Scorpene, memberikan dampak besar bagi pengembangan industri pertahanan Indonesia.
Pendidikan Militer dan Kerja Sama Multidimensi
Bagian integral dari kerja sama ini adalah pendidikan militer dan pengajaran bahasa, yang juga diperkuat dalam kunjungan terbaru Macron. Di Akademi Militer Indonesia, pemimpin kedua negara melihat langsung dinamika pendidikan dan keterampilan yang dihasilkan dalam kerangka kerja sama tersebut.
Pendirian kursus bahasa Prancis untuk perwira dan bintara TNI menunjukkan bahwa keduanya saling berkomitmen dalam melatih sumber daya manusia untuk tugas-tugas internasional. Ini menjadi penting bagi Indonesia yang perlu meningkatkan kemampuan dalam berbagai misi, termasuk operasi pemeliharaan perdamaian.
Dalam konteks yang lebih luas, kemitraan ini menjawab tantangan global saat ini, di mana stabilitas dan kebebasan navigasi menjadi hal yang krusial. Keberadaan dialog dan seminar antara kedua pihak merangsang saling pengertian dan juga toleransi dalam interaksi internasional.
Dengan demikian, kompleksitas kerja sama antara Indonesia dan Prancis bukanlah hal yang sepele, melainkan mencerminkan hubungan strategis yang tulus. Kesamaan nilai, komitmen terhadap stabilitas, dan upaya bersama dalam mengatasi tantangan global menjadi landasan kuat bagi kedua negara.
Secara keseluruhan, kedekatan hubungan Indonesia dan Prancis akan terus berlanjut, terutama di sektor pertahanan dan pendidikan. Besarnya potensi kerja sama ini tidak hanya memberi manfaat jangka pendek, tetapi juga membuka peluang bagi kebangkitan industri pertahanan nasional di masa depan.
Menyusuri seluruh dinamika hubungan ini, tampak bahwa keduanya memiliki tujuan jangka panjang yang lebih besar dari sekadar kepentingan ekonomi. Kepercayaan dan komitmen jangka panjang menjadi kunci utama dalam memperkuat kolaborasi antara Indonesia dan Prancis.
Komitmen yang ditunjukkan melalui serangkaian kesepakatan dan perjanjian membuktikan bahwa jalan menuju kemitraan yang lebih solid masih panjang. Bagi Indonesia, kepercayaan dari Prancis dalam bidang pertahanan adalah langkah nyata untuk mencapai kemandirian dan otonomi yang diinginkan di tengah ketidakpastian global.