www.rincilokal.id – Kedatangan jemaah haji ke Indonesia setelah lebih dari sebulan beribadah di Tanah Suci adalah momen yang ditunggu-tunggu. Namun, tidak semua pulang dalam keadaan baik, karena sejarah mencatat adanya pengalaman buruk dalam perjalanan haji Indonesia pada masa lalu.
Peristiwa tersebut terjadi sekitar 132 tahun yang lalu ketika seorang agen travel haji bernama Herklots berbuat curang. Kasus ini menjadi pelajaran penting tentang integritas dan tanggung jawab dalam penyelenggaraan ibadah haji bagi banyak pihak.
Seiring waktu, banyak jemaah haji Indonesia hinggap di Tanah Suci untuk menunaikan salah satu rukun Islam. Namun, penting untuk tidak melupakan sejarah buruk yang pernah menimpa jemaah haji di masa lalu, khususnya terkait penipuan dalam layanan perjalanan haji.
Sejarah Terburuk Jemaah Haji Indonesia di Makkah
Di akhir abad ke-19, nama Johannes Gregorius Mariannus Herklots menjadi sorotan bagi jemaah haji asal Hindia Belanda. Ia awalnya merupakan pegawai di biro perjalanan haji terkemuka, Knowles & Co., yang secara rutin memberangkatkan jemaah haji dari Indonesia menuju Makkah.
Herklots terkenal dengan pengalaman dan kemampuannya dalam menangani jemaah haji. Ia dipercaya untuk mengatur keberangkatan serta pemulangan ribuan jemaah haji setiap tahunnya dari Tanah Air ke Tanah Suci.
Namun, sama seperti berbagai kisah kelam yang menghinggapi peziarah, Herklots tergoda untuk melakukan penipuan. Meskipun awalnya beroperasi dengan baik, ia mulai mengeksploitasi kepercayaan yang diberikan kepadanya dengan meminta biaya untuk perjalanan pulang yang tidak sesuai dengan ketentuan.
Modus Penipuan yang Mengakibatkan Krisis
Herklots meminta uang sebesar 500 gulden dari setiap jemaah dengan dalih biaya perjalanan pulang, meskipun itu tidak terdapat dalam aturan resmi. Penipuan tersebut terungkap ketika otoritas Arab memberikan teguran dan peringatan keras kepadanya, meminta agar uang tersebut dikembalikan.
Setelah mendapatkan teguran, Herklots berusaha untuk memperbaiki citranya, tetapi hanya untuk kembali menjebak jemaah dalam penipuan baru. Ia mendirikan biro perjalanannya sendiri bernama Travel Herklots, dan menipu investor untuk mendapatkan dana lebih lanjut.
Dari dana tersebut, Herklots mencarter kapal untuk mengangkut jemaah haji dengan biaya jauh lebih murah. Sayangnya, ia hanya mampu menyediakan satu kapal yang tidak kapasitasnya tidak mencukupi bagi ribuan jemaah, menyebabkan mereka terlantar di Jeddah.
Dampak Negatif bagi Jemaah yang Terlantar
Terlantarnya ribuan jemaah di Jeddah menyebabkan banyak kekacauan. Mereka terpaksa menunggu lama untuk bisa pulang dan tinggal dalam keadaan yang sangat memprihatinkan, dengan sedikit akses terhadap tempat tinggal yang layak.
Jemaah tidur di tanah gurun dan banyak yang tidak mendapatkan makanan yang cukup. Hal ini menciptakan suasana tegang di antara mereka, di mana beberapa jemaah bahkan terpaksa berkelahi untuk mendapatkan makanan selama berada di kapal yang penuh sesak.
Pengalaman pahit ini menjadi pelajaran besar bagi jemaah haji di Indonesia dan dunia. Terlalu banyak kepercayaan yang dibangun tanpa adanya pengawasan yang baik dapat menyebabkan akibat fatal bagi para peziarah yang mencari keridhaan dalam ibadah haji.
Pemerintah Kolonial Bertindak dan Tindak Lanjut
Mendengar tentang kondisi jemaah, pemerintah kolonial Hindia Belanda memutuskan untuk mengambil tindakan dengan mengirimkan surat kepada otoritas Makkah. Meskipun demikian, upaya tersebut tidak membuahkan hasil yang diharapkan karena pemerintah Makkah tidak bisa memberikan bantuan efektif.
Pada akhirnya, Herklots dihadapkan pada pengadilan di Batavia dengan tuduhan pemerasan dan penipuan. Sayangnya, pengadilan tidak menemukan bukti yang cukup untuk menghukumnya, dan ia bebas untuk melanjutkan bisnisnya.
Tidak lama setelah itu, kepercayaan terhadapnya mulai hilang. Calon jemaah dan otoritas mulai memperketat pengaturan perjalanan haji, menjadikan operasional bisnisnya semakin sulit. Dalam keadaan terpuruk, ia akhirnya memilih untuk mengasingkan diri dan meninggalkan dunia bisnis sepenuhnya.