Ecommerce Tutup di RI, Kondisinya Makin Memprihatinkan

BacaJuga

Pesawat Alien Ingin Mengamati Bumi, Ahli Usulkan Cegat Dekat Jupiter

Raksasa Situs Dewasa Tutup Permanen, Pemerintah Prancis Memuji Langkah Tersebut

www.rincilokal.id – Nasib perusahaan e-commerce raksasa asal China, Temu dan Shein, semakin memprihatinkan. Kedua perusahaan ini pernah meraih sukses besar berkat strategi mereka yang menawarkan barang-barang murah langsung dari pabrik ke konsumen, tanpa perantara yang menambah biaya.

Namun, keberhasilan mereka tidak berlangsung lama, terutama setelah pemerintah Indonesia memutuskan untuk memblokir akses kedua platform tersebut. Langkah ini diambil demi melindungi keberlangsungan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di dalam negeri.

Meskipun diblokir di Indonesia, Temu dan Shein masih bisa bertahan di beberapa negara lain, termasuk Amerika Serikat. Namun, kebijakan proteksionis yang diambil oleh pemerintah Amerika mengancam eksistensi mereka di pasar tersebut.

Ketika Donald Trump menjadi presiden, ia memberlakukan kebijakan yang merugikan bagi Temu dan Shein. Pengenaan tarif tinggi dan penghapusan kebijakan pajak impor yang selama ini sangat menguntungkan kedua perusahaan ini mengubah peta persaingan dalam industri e-commerce.

Kebijakan “de minimis” yang membebaskan pajak impor untuk barang dengan harga di bawah US$800 ternyata menjadi salah satu faktor penting dalam strategi kedua perusahaan ini. Dengan kebijakan baru yang dikenakan tarif pajak setinggi 90%, harga barang yang dijual oleh Temu dan Shein di Amerika Serikat pun menjadi tidak kompetitif.

Dampak Kebijakan Terhadap Pengguna dan Perusahaan

Dampak dari kebijakan baru ini pun terlihat jelas. Menurut laporan yang dikeluarkan oleh firma intelijen pasar, jumlah pengguna aktif bulanan (MAU) Temu di Amerika Serikat mengalami penurunan signifikan, yakni mencapai 51% menjadi hanya 40,2 juta pengguna antara Maret dan Juni 2025.

Shein pun tidak terlepas dari masalah yang sama, meski penurunan penggunanya tidak sedrastis Temu. MAU Shein juga anjlok 12% dalam periode yang sama, hanya tersisa 41,4 juta pengguna.

Keberlanjutan bisnis Temu dan Shein juga dipengaruhi oleh pengurangan signifikan dalam belanja iklan. Dalam segi ini, Temu mengurangi pengeluaran iklannya hingga 87%, sedangkan Shein mencatat penurunan 69% dalam pengeluaran iklan pada platform digital di Amerika Serikat.

Tahun sebelumnya, Temu dan Shein menempati posisi 10 dan 11 sebagai perusahaan beriklan terbesar di Amerika. Kini, keduanya bahkan tidak lagi masuk dalam daftar ‘Top 60’ perusahaan pengiklan di negeri tersebut.

Pindah Fokus ke Pasar Eropa

Di tengah melemahnya bisnis mereka di Amerika, kedua perusahaan ini mulai mengalihkan perhatian mereka ke pasar Eropa. Data dari Sensor Tower mencatat peningkatan pengguna Temu yang sangat signifikan di beberapa negara Eropa, termasuk Prancis, Spanyol, dan Jerman, yang masing-masing tumbuh antara 64% hingga 76% sepanjang bulan Juni 2025.

Shein juga merasakan pertumbuhan yang positif, dengan pengguna aktifnya bertambah antara 13% hingga 20% di negara-negara seperti Inggris, Jerman, dan Prancis pada periode yang sama. Meski ada tanda-tanda positif, pertumbuhan mereka patut dicermati dengan perhatian khusus.

Namun, ancaman baru mengintai dari Uni Eropa. Rencana untuk mengenakan biaya tambahan sebesar 2 euro (sekitar Rp38 ribuan) untuk barang-barang kecil yang masuk ke kawasan tersebut akan berdampak pada daya saing harga produk Temu dan Shein. Ini bisa memengaruhi strategi penetapan harga mereka dan paradigma apa yang dipilih untuk bertahan di pasar Eropa.

Sementara itu, pemerintah Inggris juga sedang mempertimbangkan untuk mengakhiri skema pengecualian bea masuk yang selama ini diterima oleh sebagian besar barang impor. Hal ini berpotensi mengubah lanskap e-commerce di wilayah tersebut secara drastis.

Strategi Masa Depan Temu dan Shein di Pasar Global

Tantangan yang dihadapi Temu dan Shein di pasar global semakin kompleks. Perusahaan harus memikirkan strategi yang lebih inovatif dan adaptif jika ingin tetap di lapangan, terutama di tengah regulasi dan kebijakan yang semakin ketat.

Peningkatan fokus pada pasar lokal, peningkatan produk domestik, dan kolaborasi dengan UMKM lokal bisa menjadi salah satu langkah strategis yang ditempuh. Ini tidak hanya akan memperkuat pondasi bisnis mereka di tengah tekanan, tetapi juga memberikan kontribusi terhadap ekonomi lokal.

Sebagai langkah konkret, peningkatan kualitas produk dan layanan pelanggan juga menjadi elemen penting untuk mempertahankan loyalitas pelanggan di saat banyak pilihan tersedia di pasar. Membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan bisa menjadi kunci untuk mengatasi persaingan yang ketat.

Akhirnya, kombinasi antara inovasi produk dan strategi pemasaran yang lebih humanis bisa menjadi pendorong utama untuk menciptakan brand equity yang lebih kuat di pasar yang kompetitif ini. Dalam dunia e-commerce yang terus berubah, fleksibilitas dalam menanggapi dinamika pasar mutlak diperlukan.