www.rincilokal.id – Dalam dunia yang serba cepat dan modern ini, tantangan keuangan semakin kompleks, terutama bagi generasi muda. Di Amerika Serikat, semakin banyak generasi Z dan milenial yang terjebak dalam utang kartu kredit akibat gaya hidup sosial yang tak terkendali.
Salah satu contoh nyata adalah Emmy, seorang wanita berusia 31 tahun dari Los Angeles yang kini berjuang menghadapi utang lebih dari US$28.000 atau setara dengan Rp459 juta. Kebiasaan awalnya menggunakan kartu kredit untuk mentraktir teman-teman, malah menjadikannya terjebak dalam siklus utang yang sulit diputus.
Memang, ketika Emmy berusia 18 tahun, ia terjerat dalam kebiasaan untuk selalu menawarkan diri membayar saat berkumpul, mulai dari makanan hingga minuman. Hal ini berujung pada pengeluaran berlebihan yang tidak terencana, dan sayangnya bukan cerita yang asing bagi banyak orang.
Fenomena seperti yang dialami Emmy sangat umum terjadi, terutama di kalangan generasi muda. Menurut survei dari sebuah lembaga keuangan, hampir 60% milenial dan Gen Z mengaku bahwa tujuan keuangan mereka terganggu oleh pengeluaran untuk aktivitas sosial.
Jack Howard, seorang ahli keuangan, menyatakan bahwa menghabiskan waktu dengan teman adalah hal yang penting. Ia menekankan bahwa meski kegiatan sosial memberikan dampak positif bagi kesehatan mental, masalah muncul ketika pengeluaran ini tidak dikelola dengan baik.
Persentase Pengeluaran Sosial yang Mengkhawatirkan di Kalangan Generasi Muda
Data menunjukkan bahwa rata-rata orang dewasa di AS menghabiskan sekitar US$250 per bulan untuk kegiatan sosial. Namun, hanya 18% dari generasi muda yang memiliki anggaran terpisah untuk pengeluaran ini.
Howard merekomendasikan agar anak-anak muda mulai menyisipkan pengeluaran sosial ke dalam anggaran mereka masing-masing. Ini bisa membantu mencegah pemborosan yang tidak perlu dan menciptakan keseimbangan yang lebih baik dalam anggaran bulanan mereka.
“Banyak orang tidak menyadari bahwa pengeluaran untuk makan dan minum bersama teman bisa menjadi jumlah yang signifikan,” kata Howard. Dengan mengurangi pengeluaran pada aktivitas lain, mereka bisa lebih menikmati waktu berkualitas tanpa tekanan finansial.
Ia juga menyarankan untuk mencari alternatif aktivitas yang lebih hemat. Menghabiskan waktu dengan teman tidak selalu harus melibatkan biaya besar.
“Pengalaman itu yang terpenting, bukan nilai nominal dari tagihan yang harus dibayar,” imbuhnya. Dengan cara ini, generasi muda bisa lebih menghargai hubungan sambil memanage keuangan mereka dengan bijak.
Menghadapi Rasa Malu Terkait Keuangan
Meski Emmy berusaha mengajukan ide kegiatan yang lebih hemat, ia masih merasakan kesulitan dalam melakukannya. “Rasa takut dinilai dari sudut pandang finansial biasanya menghantuiku,” ujarnya.
Howard menjelaskan bahwa perasaan malu terkait uang sangat umum terjadi dan sering kali menjadi penghalang bagi seseorang untuk berubah. Ia mencatat bahwa banyak individu yang berulang kali terjebak dalam perilaku boros tanpa menyadari akar masalahnya.
“Sering kali, pola pengeluaran ini berhubungan dengan pengalaman masa kecil,” katanya. Jika seseorang tidak mampu menghubungkan pengalaman di masa lalu dengan pola belanja mereka saat ini, maka mereka akan terus menerus terjebak dalam siklus yang merugikan.
Penting untuk mengatasi masalah mental ini agar tidak menghalangi kesuksesan finansial. Menyadari hubungan antara masa lalu dan kebiasaan saat ini adalah langkah pertama untuk melakukan perubahan positif.
Dengan demikian, individu bisa mulai menyusun strategi keuangan yang lebih sehat dan menghindari jebakan emosional yang sering menjadi penyebab pemborosan.
Strategi Membangun Kemandirian Finansial di Era Modern
Untuk membangun kemandirian finansial yang lebih baik, sangat penting bagi generasi muda untuk mulai merencanakan anggaran mereka dengan tepat. Dengan cara ini, mereka bisa menikmati momen sosial tanpa harus merasa terbebani oleh utang yang mengganggu.
Howard juga menyarankan untuk memasukkan elemen edukasi keuangan dalam rutinitas sehari-hari. Menggunakan aplikasi keuangan modern atau mengikuti seminar mengenai manajemen keuangan bisa membantu meningkatkan pemahaman dan keterampilan dalam mengelola uang.
Penerapan prinsip-prinsip dasar seperti berinvestasi, menabung, dan mengendalikan pengeluaran dapat membekali generasi muda dengan keahlian yang diperlukan untuk menghadapi tantangan finansial di masa depan. Ini adalah langkah krusial untuk mencapai kemandirian finansial.
Dengan perencanaan yang baik dan sikap proaktif, generasi muda dapat mengubah pandangan mereka terhadap uang. Mereka seharusnya tidak hanya melihatnya sebagai alat untuk konsumsi, tetapi juga sebagai alat untuk mencapai tujuan hidup yang lebih besar.
Melalui pendekatan yang lebih cerdas dan terencana, mereka bisa menghindari perangkap utang dan mulai membangun masa depan keuangan yang lebih stabil dan menyenangkan.