www.rincilokal.id – Beberapa bank sentral di berbagai negara sedang meningkatkan pembelian emas dengan intensitas yang menarik perhatian. Meskipun jumlah pembelian tahun ini tidak sebesar catatan tiga tahun lalu, tren ini menunjukkan bahwa diversifikasi aset masih menjadi prioritas penting bagi banyak negara di tengah ketidakpastian global.
Memborong emas oleh bank sentral bukanlah fenomena baru, namun pergeseran dalam kebijakan moneter dan ketidakstabilan geopolitik semakin mendorong langkah ini. Kedudukan emas sebagai aset yang aman semakin dipertimbangkan, terutama di tengah ketegangan ekonomi yang kian meningkat.
Berdasarkan laporan terkini dari lembaga yang berfokus pada analisis pasar komoditas, terdapat data menunjukkan pembelian bersih emas oleh beberapa bank sentral yang mencapai 166 ton dalam tiga bulan terakhir. Meskipun angka ini turun 33% dibandingkan kuartal sebelumnya, hal ini tetap mencerminkan keputusan strategis bank sentral untuk mempertahankan diversifikasi cadangan devisa mereka.
Tren Pembelian Emas yang Masih Terus Berlanjut di Kalangan Bank Sentral
Meski angka kuartalan yang dicatat merupakan yang terendah sejak enam bulan lalu, pembelian emas di semester pertama 2025 mencapai 415 ton. Ini menunjukkan penurunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu tetapi masih merupakan angka yang tinggi bila dibandingkan dengan rata-rata sebelumnya.
Faktor harga emas yang meningkat akibat kondisi ekonomi yang tidak menentu turut mempengaruhi keputusan bank sentral untuk mengurangi pembelian. Meskipun harga tinggi, bank sentral tetap optimis dan melanjutkan akumulasi cadangan emas mereka demi menjaga nilai aset di masa depan.
Menurut analis, dedolarisasi menjadi tema yang diangkat oleh banyak bank sentral. Saat ini, negara-negara tampaknya lebih memilih untuk berinvestasi dalam emas sebagai alternatif terhadap kepemilikan dolar AS yang dianggap kurang stabil di tengah perubahan kebijakan global.
Analisis Ekonomi dan Geopolitik yang Mempengaruhi Pasar Emas
Keputusan untuk membeli emas juga dihubungkan dengan meningkatnya ketidakpastian yang dihadapi oleh pasar global. Aspek geopolitik yang tidak stabil, termasuk tarif perdagangan internasional, semakin menggiring bank sentral untuk mempertimbangkan emas sebagai pilihan investasi yang lebih aman.
Hubungan antara imbal hasil obligasi pemerintah AS dan harga emas juga menjadi sorotan. Dalam beberapa tahun terakhir, perubahan pola ini mengisyaratkan bahwa meskipun imbal hasil tinggi, permintaan terhadap emas tetap subur.
Bank sentral Indonesia, misalnya, baru-baru ini menambah cadangan emas mereka sepanjang bulan Juni, menandakan strategi yang lebih agresif dalam memanfaatkan nilai asset aman ini. Dengan mengambil langkah tersebut, mereka berupaya memperkuat posisi cadangan devisa dan menurunkan ketergantungan terhadap mata uang asing.
Perkembangan Terbaru dari Negara-Negara Lain di Sektor Emas
Selain Indonesia, bank sentral Polandia dan China juga melakukan langkah serupa. Polandia meningkatkan cadangan emasnya dengan menambah 19 ton pada kuartal kedua tahun ini, menunjukkan fokus pada diversifikasi aset yang lebih luas.
Sementara itu, bank sentral China melaporkan pembelian 6 ton emas, jumlah ini setengah dari yang dilakukan pada kuartal pertama 2025. Ini menunjukkan bahwa meskipun terjadi penurunan, strategi jangka panjang untuk meningkatkan cadangan emas tetap berjalan.
Dari total survei yang dilakukan oleh lembaga yang bersangkutan, 95% bank sentral di seluruh dunia memperkirakan bahawa cadangan emas mereka akan meningkat dalam waktu dekat. Hal ini mencerminkan keyakinan di antara para pembuat kebijakan bahwa emas tetap menjadi komoditas penting di masa depan.