www.rincilokal.id – Harga tanah di Jakarta terus meningkat dengan tajam. Di kawasan Sudirman Central Business District (SCBD), nilai tanah mencapai angka yang mencengangkan, yakni Rp200-300 juta per meter persegi, menciptakan daya tarik tersendiri bagi para pelaku bisnis dan investor.
SCBD tidak hanya berfungsi sebagai pusat bisnis, tetapi juga sebagai simbol kemajuan dan modernitas Jakarta. Menariknya, di balik perkembangan pesat ini tersimpan sejarah yang menarik, salah satunya berkaitan dengan seorang tokoh yang memiliki pengaruh besar di wilayah ini lebih dari 30 tahun lalu.
Tokoh tersebut adalah J.M.L. Bohl, yang hidup sekitar 140 tahun yang lalu. Dengan latar belakang sebagai imigran asal Belanda, kehadirannya di Batavia memberikan dampak signifikan terhadap perkembangan tanah di Senayan, yang kini merupakan salah satu lokasi paling strategis di Jakarta.
Sejarah Kehadiran J.M.L. Bohl di Jakarta
J.M.L. Bohl tiba di Batavia sekitar tahun 1864 pada usia 16 tahun dan segera mulai bekerja di perusahaan lokal. Dalam waktu singkat, ia berhasil mengumpulkan modal yang cukup untuk membeli tanah di beberapa lokasi yang saat ini sangat bernilai, seperti Senayan dan Matraman.
Berdasarkan catatan sejarah, Bohl tidak hanya sekadar membeli tanah, tetapi juga berbagi visi untuk mengembangkan lahan tersebut. Kemampuan bisnis yang dimilikinya memungkinkannya menjadi tuan tanah di dua wilayah yang strategis tersebut.
Dari laporan yang ada, Bohl menguasai tanah seluas 1.000 hektar di Senayan, yang menjadi pusat kegiatan pertanian seperti kebun kelapa dan sawah. Nilai ekonomik lahan ini sangat tinggi, dan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut.
Peninggalan dan Warisan J.M.L. Bohl
Meskipun kehidupannya sebagai individu terkesan tertutup, kontribusinya sebagai pemilik lahan tidak dapat dipandang sebelah mata. Bohl juga tercatat sebagai anggota dewan kota yang mewakili daerah Meester Cornelis, menunjukkan keterlibatannya dalam sisi politik kota.
Di Matraman, Bohl memiliki kediaman mewah dan menguasai sekitar 400 hektar. Keluarganya dikenal memiliki koleksi rusa yang cukup banyak, menunjukkan bahwa kehidupannya sangat berlimpah. Namun, hal ini juga semakin menambah misteri mengenai kehidupan pribadinya yang masih menyisakan berbagai pertanyaan.
Akhir Hidup dan Pengaruh Setelahnya
J.M.L. Bohl meninggal dunia pada 18 Juni 1920 setelah menjalani operasi usus buntu. Kepergiannya menandai berakhirnya era kepemilikan tanah Senayan yang telah ia kuasai selama lebih dari tiga dekade dan mengubah wajah tanah yang kini menjadi pusat bisnis.
Setelah kematian Bohl, lahan-lahan yang ia miliki diambil alih oleh pemerintah kolonial. Ini menjadi titik balik signifikan yang mempengaruhi perkembangan kawasan Senayan dan Matraman hingga saat ini. Meski begitu, jejak langkah dan pengaruhnya tidak akan pernah terlupakan.
Dengan harganya yang terus melambung tinggi hari ini, tanah yang dulunya dimiliki oleh J.M.L. Bohl kini menjadi simbol pertumbuhan dan perkembangan Jakarta. Masyarakat dan pelaku bisnis terus mengenang warisannya, menciptakan narasi tentang bagaimana sejarah dan perkembangan masa lalu saling berinteraksi.